Isaskar kemudian memutuskan kembali ke Papua dan mengabdi sebagai tenaga Pendidik. Impiannya adalah untuk mendirikan Lembaga Pendidikan yang dapat memberikan Pendidikan gratis, bagi anak-anak Papua, mengingat kesulitan yang dihadapinya ketika menempuh Pendidikan dulu dan ingin agar lebih banyak lagi anak-anak Papua dapat sekolah. Isaskar menjadi guru honor, setelah mengikuti pelatihan wajib mengajar oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan kala itu, hingga menggondol sertifikat mengajar. Karena tidak memiliki Pendidikan formal, Isaskar tidak pernah menjadi seorang PNS.
“Bagi saya, mengajar adalah mengabdi, sehingga berapapun uang yang saya dapat, saya terima dengan rasa syukur. Bahkan uang honor saya, sering saya gunakan untuk membantu anak-anak murid saya yang kesulitan kala itu. Misalnya, ada yang tidak memiliki sepatu, dan malu ke sekolah, padahal dia anak cerdas, saya bantu belikan sepatu agar dia dapat bersekolah lagi, sehingga terkadang uang gaji saya habis, dan akhirnya kami sekeluarga bergantung makan kepada hasil jualan isteri saya di Pasar,” cerita Isaskar.
Mulai mengajar di Sekolah Yayasan Pendidikan Kristen, Isaskar juga membuka pusat Pendidikan Nonformal untuk mengajarkan Bahasa Inggris dan pengembangan karakter, yang akhirnya menjadi cikal bakal Yayasan Kitong Bisa. Hingga kini, Yayasan Kitong Bisa telah mendidik ribuan anak Papua yang telah berhasil bekerja dan berprofesi di berbagai sektor.
Sejak kecil, anak-anak Isaskar dimotivasi untuk menempuh Pendidikan setinggi-tingginya. Bahkan walaupun hanya dengan pelita dan lilin, anak-anak dimotivasi untuk tetap belajar dan rajin membaca buku. Mereka sejak dini, dimotivasi untuk berkuliah di kampus top dunia. Isaskar percaya bahwa bagi mereka dari daerah tertinggal dan ekonomi lemah, akan ada jalan yang terbuka untuk anak-anaknya dapat menempuh Pendidikan setinggi-tingginya. Dengan koleksi buku-buku yang disimpannya dari pekerjaan lamanya sebagai tukang jual buku, Isaskar memperkenalkan Pendidikan luar negeri kepada anak-anaknya, seperti Universitas Oxford dan Harvard.
Dengan motivasi agar belajar dengan keras, walaupun dalam keterbatasan, semua anak-anak Isaskar Mambrasar berhasil kuliah ke luar negeri, bahkan ke kampus terbaik dunia, dengan beasiswa. Ada yang sekolah di Cina, Belanda, Inggris, dan AS. Pada tanggal 26 Mei 2022, salah satu anaknya, Billy Mambrasar berhasil menyelesaikan pendidikan di Harvard, kampus yang melahirkan Presiden AS terbanyak, peraih nobel, bahkan penemu Microsoft dan pembuat facebook. Bahkan putranya ini menjadi putra Papua yang pertama dan satu-satunya yang berkuliah di Kampus ternama dunia ini.
Kisah Isaskar menjadi inspirasi bagi semua bahwa keterbatasan tidak akan pernah menjadi penghalang bagi siapapun yang ingin maju dan berhasil. Isaskar juga memberikan pesan bahwa Pendidikan menjadi jalan yang dapat merubah kehidupan seseorang, menjadi lebih baik.